Kamis, 02 April 2015

Resume Film | Freeport



RESUME FILM 1
 “ FREEPORT “
By: Lili Hernawati

Film ini menceritakan kejadian 15 September  2011 yang merupakan hari mogok kerja bagi para pegawai Freeport yang merupakan perusahaan tambang di Timika Papua - Indonesia, aksi mogok kerja ini dilakukan karena gaji yang diperoleh tidak sebanding dengan keuntungan perusahaan, iklim, resiko kerja, dan implasi.

Para pegawai menuntut kenaikan gaji yang semula hanya $3,5/jam menjadi $7,5/jam, akan tetapi dari perusahaan hanya mahu menambahkan 22 %  kenaikan dari semula. Hal inipun dinilai tidak adil karena upah pegawai dari luar Negeri lebih tinggi dari pada pegawai dalam Negeri, padahal pekerjaan yang dilakukan sama saja. Upah pegawai belanda 6,97 sedangkan orang Indonesia hanya mendapat 3,67. Meskipun pendapatan yang diperoleh semakin bertambah setiap tahun, tapi tidak ada kenaikan gaji sedikitpun untuk para pekerja yang bekerja siang dan malam. Akhirnya dari perusahaan mensiasati pegawai yang mogok kerja tersebut dengan sebuah peraturan yakni “yang mogok tidak dapat gaji, yang tidak mogok digaji lebih”.

Di Freeport terdapat 24 kategori karyawan dengan gaji 3,3 juta untuk tingkat paling rendah yakni F1, sedangkan 5,5 juta untuk tingkat paling tinggi yakni A5. Seseorang yang sedang menjabat di tingkat A5 menyebutkan bahwa dia membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk menempati posisi A5 dari pegawai biasa yang berstatus F1.

Ketika demo dilakukan, 1 orang tewas akibat aparat keamanan yang semena-mena, mereka membawa senjata dan menggunakan peluru-peluru ketika para pegawai hanya berusaha menyuarakan keadilan ditegakkan. Sungguh miris terlihat saat itu, seolah-olah aparat keamanan tidak memiliki hati nurani dan lebih memilih melaksanakan tugasnya yang tidak masuk akal dengan cara kekerasan. Bahkan 10-14 juta million US dollar dikeluarkan untuk mengupah tentara guna menembaki warga. Dalam hal ini, hukum tertinggi adalah hati nurani.

Tragedi itu menyebabkan 11 kontraktor, 5 karyawan, dan 2 sipil meninggal dunia. Bahkan  di akhir film tersebut dinyatakan terdapat 3 orang tewas yang belum diperoleh hasil otopsinya oleh pihak keluarga dari 360 warga yang tewas.

Film ini juga memperlihatkan bangsa papua yang melakukan upacara untuk memisahkan diri dengan Negara Indonesia, tepatnya pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2011 dilakukan kongres III di Papua Barat yakni deklarasi papua barat yang menyatakan kemerdekaannya. Diceritakan pula ibu-ibu yang meminta keadilan dan sampai membuat video untuk presiden SBY pada saat itu. Hal ini terjadi tidak lain karena mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh Negaranya sendiri yang seharusnya menjaga mereka.

Selain itu, dalam film ini juga menampilan beberapa pendapat pegawai terkait keberadaan Freeport di Papua. Seorang pegawai yang bernama Estimus tabuni telah bekerja selama 11 tahun dengan gaji 3,4 juta/bulan, ia telah menjadi supir untuk pertambangan siang dan malam dan tidak ada kenaikan gaji sedikitpun untuk kerja kerasnya; ada yang menyatakan dijanjikan saham oleh Freeport ketika pensiun nanti, tapi ternyata setelah pensiun tidak dibayarkan; ada pula yang menceritakan untuk 30 tahun masa kerjanya, hanya dibayar 9 tahun; adapun yang sampai menuduh bahwa pengadilan dibayar oleh Freeport karena ketidakadilan-ketidakadilan yang mereka terima. Pada mulanya para pegawai berfikir menjadi kaya karena bekerja di tambang emas, tapi ternyata malah semakin miskin karena gaji yang diterima tidak sesuai dengan resiko kerja yang ada dan pendapatan yang diperoleh Freeport. 

Bahkan pada masa tersebut, melalui video amatir yang ditampilkan pada film ini terdapat penembak gelap yang masih leluasa di Jayapura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar