RESUME
FILM 1
“ FREEPORT “
By: Lili Hernawati
Film ini menceritakan kejadian 15
September 2011 yang merupakan hari mogok
kerja bagi para pegawai Freeport yang merupakan perusahaan tambang di Timika
Papua - Indonesia, aksi mogok kerja ini dilakukan karena gaji yang diperoleh
tidak sebanding dengan keuntungan perusahaan, iklim, resiko kerja, dan implasi.
Para pegawai menuntut kenaikan gaji
yang semula hanya $3,5/jam menjadi $7,5/jam, akan tetapi dari perusahaan hanya
mahu menambahkan 22 % kenaikan dari
semula. Hal inipun dinilai tidak adil karena upah pegawai dari luar Negeri lebih
tinggi dari pada pegawai dalam Negeri, padahal pekerjaan yang dilakukan sama
saja. Upah pegawai belanda 6,97 sedangkan orang Indonesia hanya mendapat 3,67.
Meskipun pendapatan yang diperoleh semakin bertambah setiap tahun, tapi tidak
ada kenaikan gaji sedikitpun untuk para pekerja yang bekerja siang dan malam.
Akhirnya dari perusahaan mensiasati pegawai yang mogok kerja tersebut dengan
sebuah peraturan yakni “yang mogok tidak dapat gaji, yang tidak mogok digaji lebih”.
Di Freeport terdapat 24 kategori
karyawan dengan gaji 3,3 juta untuk tingkat paling rendah yakni F1, sedangkan
5,5 juta untuk tingkat paling tinggi yakni A5. Seseorang yang sedang menjabat
di tingkat A5 menyebutkan bahwa dia membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya
untuk menempati posisi A5 dari pegawai biasa yang berstatus F1.
Ketika demo dilakukan, 1 orang
tewas akibat aparat keamanan yang semena-mena, mereka membawa senjata dan
menggunakan peluru-peluru ketika para pegawai hanya berusaha menyuarakan
keadilan ditegakkan. Sungguh miris terlihat saat itu, seolah-olah aparat
keamanan tidak memiliki hati nurani dan lebih memilih melaksanakan tugasnya
yang tidak masuk akal dengan cara kekerasan. Bahkan 10-14 juta million US
dollar dikeluarkan untuk mengupah tentara guna menembaki warga. Dalam hal ini,
hukum tertinggi adalah hati nurani.
Tragedi itu menyebabkan 11
kontraktor, 5 karyawan, dan 2 sipil meninggal dunia. Bahkan di akhir film tersebut dinyatakan terdapat 3
orang tewas yang belum diperoleh hasil otopsinya oleh pihak keluarga dari 360
warga yang tewas.
Film ini juga memperlihatkan bangsa
papua yang melakukan upacara untuk memisahkan diri dengan Negara Indonesia,
tepatnya pada hari Rabu tanggal 19 Oktober 2011 dilakukan kongres III di Papua
Barat yakni deklarasi papua barat yang menyatakan kemerdekaannya. Diceritakan
pula ibu-ibu yang meminta keadilan dan sampai membuat video untuk presiden SBY
pada saat itu. Hal ini terjadi tidak lain karena mereka merasa diperlakukan
tidak adil oleh Negaranya sendiri yang seharusnya menjaga mereka.
Selain itu, dalam film ini juga
menampilan beberapa pendapat pegawai terkait keberadaan Freeport di Papua. Seorang
pegawai yang bernama Estimus tabuni telah bekerja selama 11 tahun dengan gaji
3,4 juta/bulan, ia telah menjadi supir untuk pertambangan siang dan malam dan
tidak ada kenaikan gaji sedikitpun untuk kerja kerasnya; ada yang menyatakan
dijanjikan saham oleh Freeport ketika pensiun nanti, tapi ternyata setelah
pensiun tidak dibayarkan; ada pula yang menceritakan untuk 30 tahun masa
kerjanya, hanya dibayar 9 tahun; adapun yang sampai menuduh bahwa pengadilan
dibayar oleh Freeport karena ketidakadilan-ketidakadilan yang mereka terima.
Pada mulanya para pegawai berfikir menjadi kaya karena bekerja di tambang emas,
tapi ternyata malah semakin miskin karena gaji yang diterima tidak sesuai
dengan resiko kerja yang ada dan pendapatan yang diperoleh Freeport.
Bahkan pada masa tersebut, melalui
video amatir yang ditampilkan pada film ini terdapat penembak gelap yang masih
leluasa di Jayapura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar